Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Review Negeri Van Oranje: Belajar Memilih dan Menghargai Pilihan

Salah satu alternatif film liburan akhir tahun hadir di bioskop dan masih dengan nuansa adaptasi novel serta latar luar negeri. Yupz, NEGERI VAN ORANJE. Film ini menceritakan sesosok gadis cantik yang menikah dengan salah satu dari empat sahabat lelakinya. Wow menarik? Bisa iya bisa tidak tergantung bagaimana film itu dikemas.

Lintang (Tatjana Saphira). Yupz, dia adalah wanita yang beruntung tersebut. Wanita yang diperebutkan oleh 4 orang lelaki yang memiliki pesona masing-masing. Gery, Wicak, Banjar dan Daus. Mereka berlima mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Belanda.

Film dibuka dengan adegan “riweuh” Maudy Koesnaedi menghadapi pernikahan anaknya, Lintang. Lalu disusul pada scene makan malam yang pada akhirnya membuat Lintang kabur. Ada apa dengan Lintang? Cewek ini memang sok baper. Xixixi, atau emang pada dasarnya cewe gitu ya?

Premis yang dihadirkan sangatlah sederhana bahkan cenderung dangkal. Yupz, film ini hanya diniatkan untuk menjawab dengan siapakah Lintang menikah. Teka-teki ini diatur dengan apik oleh skenario Titien Wattimena dengan alur ala Syahrini. Maju mundur, maju mundur, Cantik. Ya secantik Lintang. Teka-teka ini pula membawa penonton berkenalan dengan masing-masing 4 tokoh lelaki sejalan dengan eksplorasi Belanda yang keren.

Kita mulai dari Daus (Ge Pamungkas). Sosok yang katanya paling pintar di antara semuanya, namun sering tertutupi oleh kekonyolannya. Pegawai departemen agama. Ok lah, aktingnya yang ngocol memang cukup membuat film ini ketawa-ketiwi di beberapa bagian. Meski masih stereotype, Daus berhasil membuat film ini sedikit ada rasanya.

Banjar (Arifin Putra). Serupa dengan Daus, sosok Banjar juga diniatkan untuk hiburan film. Well, not bad. Arifin cukup mampu menghidupkan karakter Banjar. Oia, kata filmnya sich, Banjar itu diambil dari asal kota dia, yakni Banjarmasin. Beberapa blogger sudah mengulas juga bahwa, nada dan aksen Banjarmasin nya tidak ada. Yupz, very very sepakat. Banjarmasin hanya pelengkap skenario yang bahkan tidak penting dijelaskan.

Wicak (Abimana Aryasatya). Meski sedikit terlihat cool yang dipaksakan, Abimana cukup berhasil memainkan karakternya yang kali ini bermain di luar kebiasaannya. Irit ngomong, sok filosopis, sok acak-acakan, but sama not bad but not spectakuler. Wicak baru terlihat keren saat di paruh akhir, saat ia berbincang bersama Lintang. Yess, Abimana is back. Itulah aslinya sosok Abimana, keren banget di scene itu.

Terakhir ada Gery (Chico Jericco). Applause dulu dech buat Chicko yang sejak menang penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2014, wajahnya semakin sering menghiasi layar lebar. Dalam film ini, Gery digambarkan sosok yang kaya raya, penyanyang, perhatian dan mungkin bisa bikin cewek klepek-klepek. Yach, siapa yang gak mau punya temen yang sering traktir makan minum. Senenglah pasti. *on me*

Performa keempat sahabat ini tampil begitu membaur, tidak saling mendominasi dan tidak serakah dalam ambil peran. Berperan masing-masing pun mereka berada pada level baik kualitas aktingnya. Sayangnya, performa mereka tidak diimbangi dengan baik oleh Lintang. Buat saya, Lintang tidak berhasil menjadi ruh dalam Negeri Van Oranje, padahal seyogyanya Lintang ini harusnya mampu membawa saya pada gimmick gimmick konflik yang dihadirkan. Untungnya, bening, kalau engga, mending saya keluar bioskop dah.

Jpeg
Sumber: Cinema 21

Film yang memakan durasi lebih dari setengahnya untuk memperkenalkan para tokohnya ini, buat saya menawarkan drama yang flat. Bahkan flat banget. Namun tidak serta menjadikan NVO menjadi film yang tidak layak tonton. Keindahan Belanda begitu kuat dieksplorasi dalam film ini. Jika dibilang jenis film ini road movie, boleh lah. Hampir tidak ada cacat dari segi teknis. Editing dan tata kamera ciamik, mulus. Kecuali pada scene party di apartemen Gery, editing nggak karuan, terlalu cepat, dan antara beberapa suntingannya tidak menjadikan suatu kesatuan frame yang utuh. Selebihnya, good Job!!!

Rupanya Titien Watiimena menyadari flatnya cerita, hingga ia menampilkan beberapa twist dalam Negeri Van Oranje dan dipadu dengan alur maju mundur itu. Inilah alasan kenapa saya bertahan di bioskop hanya untuk tahu akhirnya seperti apa, meski sudah bisa ketebak, tapi NVO tetap disajikan dengan manis.

Twist pertama, kembali terjadi di apartemen Gery. Lintang yang sudah merasa nyaman dengan Gery yang penyayang, perhatian ternyata sudah memiliki kekasih, dan ia tidak jujur kepada Lintang. Lintang marah? Ih baper dech kan belum jadian juga.

kenapa kamu tidak jujur, itu sama artinya kamu mempermainkan perasaan saya

aku pinginnya jujur, emang kamu pikir gampang ngejalanin ini semua

Kurang lebih gitu lah dialognya. Scene ini seharusnya bisa menjadi dramatik terkuat di film ini. Tapi? Gery terlihat berusaha membangun chemistry yang baik saat curhat mengenai dirinya kepada Lintang. But, Lintang, dia kayak nonton orang lagi akting. Aduh, udah dech pokoknya bingung saya mendeskripsikan Lintang, udah baper, flat menang cantik doang.

Twist kedua, memang surprise. Twist ini mengantarkan kita dengan mudah menebak siapa pendamping Lintang. Yach klo diceritain lebih detail nggak seru ah, tonton aja yach mumpung masih tayang di bioskop.

Terlepas dari banyaknya yang kurang dari segi dinamika cerita, NVO tetap asyik dinikmati terutama persahabatan mereka. Saling menghargai satu sama lain, dan bahkan saling menghargai pilihan. Termasuk ketika Lintang harus memilih salah satu di antara mereka, tiga yang lainnya tetap datang ke pernikahan mereka. Tapi sepertinya yang betul-betul ikhlas cuman satu dech, yang dua siapa tahu. Mungkin ngenest juga. Hahahhaha. May be berat bagi Lintang memilih satu di antara 4 pria, tapi lebih berat lagi ketika mereka dihadapkan pada kenyataan lain dari salah satu tokohnya. Sayangnya konflik ini tidak dibuat drama, acceptance begitu saja.

Yach, film ini masih layak tonton lah, terutama bagi mereka yang ingin nikmati jalan-jalan di Belanda. Anggap aja nonton film ini seperti nonton video promosi yang dibuat oleh Departemen Pariwisata Belanda, seperti kata salah satu temen saya, “ini film yang buat Departemen Pariwisata Belanda ya’?. Saya hanya tersenyum.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.