Ajang penghargaan tertinggi bagi insan perfilman, Festival Film Indonesia (FFI), akan digelar sebentar lagi. FFI tepatnya akan digelar Minggu, 9 Desember 2018.
Nah, di FFI ini ada satu kategori puncak yang selalu jadi incaran para sineas, yakni penghargaan untuk Film Terbaik. Tahun 2018 hanya ada empat film yang berhasil masuk di kategori ini. Dan keempatnya pun banyak meraih nominasi dari kategori lainnya.
Lalu film apa yang bakal bawa pulang piala citra tahun ini? Mari simak tebak-tebakan nggak berhadiah berikut ini.
1. Aruna dan Lidahnya (September 2018)
Aruna dan Lidahnya adalah film kedua Edwin bersama Palari Films setelah Posesif, yang pada tahun 2017 lalu dipermasalahkan karena masuk nominasi FFI 2017 sebelum mengantongi STSL (Surat Tanda Lulus Sensor) dari Lembaga Sensor Film.
Meski diwarnai kontroversi, nyatanya Posesif tetap melaju kencang hingga berhasil membawa pulang piala citra kategori Sutradara Terbaik (Edwin), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Putri Marino), dan Pemeran Pembantu Pria Terbaik (Yayu Unru).
Senada dengan Posesif, Aruna dan Lidahnya pun masuk di kategori pemeran hingga film terbaik. Toh dari respons sejauh ini saja, Aruna yang berkisah tentang perjalanan empat sekawan dalam menjelajahi kuliner ini dapat banyak pujian dari penonton.
Tapi jika menilik para pemenang film terbaik FFI pasca-2000, Aruna bukanlah film tipe FFI yang mengusung gagasan dan tema yang unik dan ke-Indonesiaan yang kental. Aruna masihlah film umum yang bisa dinikmati oleh banyak kalangan. Namun, Aruna punya potensi menjadi kuda hitam dan meluncur mulus menjadi film terbaik mengalahkan tiga pesaing beratnya.
Meski kalau nanti akhirnya gagal, Aruna bisa saja seperti Posesif menggondol piala di kategori pemeranan dan teknis. Kategori yang paling saya yakini bakal diraih Aruna adalah Penulis Skenario Adaptasi Terbaik karena ia hanya bersaing dengan Teman Tapi Menikah dan Si Doel the Movie.
2. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak (November 2017)
Kehadiran Marlina yang mendapat nominasi terbanyak di FFI tahun ini barangkali sudah bikin jiper para nominasi lainnya. Bagaimana nggak? Sebelum masuk FFI, Marlina sudah berkeliling di berbagai festival dalam dan luar negeri. Bahkan Marlina menjadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar 2019 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.
Melihat rekam jejaknya, banyak pihak yang menginginkan Marlina meraih Film Terbaik di FFI 2018. Kepentingannya pun cukup jelas. Kemenangan Marlina nantinya diharapkan bisa membantu suksesnya ilm tersebut sebagai perwakilan Indonesia di Oscar.
Mengingat beberapa tahun belakangan karya yang dikirim ke Oscar bukanlah peraih film terbaik di FFI, tapi ada rasa kebanggaan jika itu adalah film yang juga dianggap terbaik oleh festival tertinggi dalam negeri. Tapi yah kembali lagi, setiap festival punya kriteria tersendiri
3. Sekala Niskala (Maret 2018)
Kalau mencari film Indonesia yang berisi kearifan lokal dan kurang bisa dinikmati oleh mayoritas penonton, maka jawabannya adalah Sekala Niskala. Dengan kriteria seperti itu, yang kebanyakan orang bilang jenis art-house, maka Sekala Niskala ini bisa menjadi pilihan juri.
Hal ini bukan tanpa alasan. Berkaca pada FFI 2015 yang memenangkan film sederhana ‘hitam putih’, Siti (2016), dibanding film-film mewah seperti Toba Dreams dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto, maka Sekala Niskala punya peluang yang sangat besar untuk meraih film terbaik.
Film yang menceritakan fenomena kembar buncing di Bali ini dieksekusi secara tak biasa oleh Kamila Andini. Selain itu, film ini pun sudah berkeliling di berbagai festival film dalam dan luar negeri, meski kiprahnya tak sebanyak Marlina.
Sebelum masuk ke film keempat, saya mau kasih tahu informasi yang tambahan mengenai ketiga film di atas. Aruna, Marlina, dan Sekala Niskala juga mendapat nominasi Sutradara Terbaik. Dan hanya tiga film itu yang mengisi nominasi tersebut.
Maka, jika menganut teori film dan sutradara satu paket, kombinasi pemenangnya akan berada di antara mereka.
4. Sultan Agung (Agustus 2018)
Film ini mendapat nominasi paling sedikit jika dibandingkan dengan ketiga film lainnya di atas. Sultan Agung hanya mengumpulkan tujuh nominasi dibawah Marlina (15 nominasi), Aruna dan Lidahnya serta Sekala Niskala (9 nominasi). Bahkan, jumlah ini masih kalah dari Wiro Sableng yang mengumpulkan delapan nominasi.
Lantas apakah peluang Sultan Agung mati begitu saja? Secara hitungan statistik, tentu peluang keempatnya sama besar, yakni 25%. Tapi jika bicara fakta, film biopik garapan Hanung Bramantyo sulit meraih kategori puncak FFI. Pada tahun 2010, ketika Sang Pencerah diunggulkan, muncul kontroversi yang berujung pada pemecatan juri yang memilih Sang Pencerah.
Setelah itu film-film biopik Hanung sering mendapat nominasi terbanyak tapi hanya menjadi penghias nominasi. Saya ambil contoh Soekarno: Indonesia Merdeka pada FFI 2014 dan Kartini pada FFI 2017.
Meski gagal membawa pulang piala film terbaik, beruntung Soekarno dan Kartini masih membawa pulang piala lain. Ironi terjadi pada FFI 2016, ketika Rudy Habibie mendapat nominasi terbanyak namun pulang dengan tangan hampa.
Berkaca pada faktor tersebut, agaknya Sultan Agung yang mendapat nominasi paling sedikit, bakal kesulitan meraih film terbaik FFI tahun ini. Tapi saya masih berharap Marthino Lio yang berperan sebagai Sultan Agung muda bisa membawa pulang piala Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Dari tebak-tebakan di atas, saya kira Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak yang akan membawa pulang piala citra sebagai Film Terbaik. Menurut kamu film apa?