Sepeninggal bapak, Yuli (Widi Dwinanda), Ega (Miqdad Addausy), dan Elin (Masayu Clara) menjual rumah bapak mereka. Dan ini berdampak pada di mana ibu (Yessy Gusman) akan tinggal. Akhirnya ibu memutuskan untuk tinggal secara bergilir di rumah mereka.
Pertama ibu tinggal di rumah Yuli yang sudah bersuamikan Angga (Ade Firman Hakim). Tapi kehadiran ibu malah membuat rumah tangga Yuli cekcok. Kemudian ibu tinggal di rumah Ega, dan kejadian serupa pun terjadi. Pun dengan Elin, dan di antara mereka bertiga seringkali terlibat pertengkaran. Tapi apakah benar cekcok itu disebabkan karena kehadiran ibu?
Kalau saya diminta jadi siapa saya di film ini, saya adalah seorang cucu (anak kecil) yang muncul di awal film dan bilang 'drama banget sih keluarga ini'. Anak kecil bilang begitu setelah menyaksikan diskusi Yuli, Ega, dan Elin tentang harta kakeknya sesaat setelag kematian sang kakek. Kasarnya, kuburannya saja belum kering, mereka sudah ber-drama tentang harta.
Saya pernah mengalami fenomena ini bertahun-tahun silam kala kakek dari ibu meninggal. Karena suatu masalah internal (bukan hutang), rumah kakek dijual. Dan berdampak pada nenek saya seperti di film ini. Nenek saya harus bergilir tinggal mulai dari rumah uwa (panggilan untuk kakak dari ibu), di rumah ibu, hingga di rumah bibi. Kadang saya melihatnya kasihan, kenapa nasib nenek harus seperti itu di masa tuanya.
Terkadang juga saya melihat kesalahpahaman antara ibu dan saudara-saudaranya. Ya, betul-betul persis seperti konflik yang digambarkan dalam film arahan Azhar Kinoi Lubis ini.
Namun, di balik itu semua, Senyummu Surgaku yang memotret realita yang dekat dengan kehidupan kita ini memberikan refleksi lain. Seringkali kita membantu orangtua dan merasa ingin menunjukkan siapa yang paling berbakti di antara saudara yang lain, padahal kita sedang berbakti pada ego kita sendiri. Entah Yuli, Ega, atau Elin merasa dirinya paling berhak merawat ibu.
Lalu, di rumah siapa yang dipilih Ibu Habibah pada akhirnya?/Citra Sinema |
Penulis M. Haris Suhud (langganan Citra Sinema), sekali lagi menunjukkan kepiawaiannya dalam merekontruksi kondisi sosial budaya masyarakat ke dalam media audio visual. Karakterisasi Yuli & Ega yang sama-sama keras adalah dua contoh yang disodorkan, sehingga Senyummu Surgaku tidak berpihak pada istri atau suami dalam hal peran di sebuah rumah tangga.
Ditinjau dari segi teknis, kualitas #SinemaWajahIndonesia produksi Surya Citra Televisi & Citra Sinema ini nggak pernah kaleng-kaleng. Dalam film ini, aspek kontinuiti artistik sangat menonjol sekali. Salah satunya tergambar dari foto bapak dalam figura yang selalu menjadi transisi babak. Hal ini bisa ditafsirkan sebagai pengingat para karakter bahwa setinggi apa pun ego manusia, akhirnya akan tetap sama: Kematian.
Departemen akting pun menyuguhkan performa terbaik mereka. Kolaborasi mereka terasa sangat solid dan intens. Meski begitu, kamu tenang saja, Senyummu Surgaku bukan drama lebay berderai air mata, kita akan dibuat terenyuh karena konflik dan ceritanya yang memang menyentuh. Dan penampilan Ence Bagus yang menurut ibu 'cukup tampan', berduet dengan Deddy Mizwar, bolehlah sebagai bonus humor.
Kata orang, perempuan itu jinak-jinak merpati/Citra Sinema |