Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Kontroversi Eternals dan Film Indonesia yang Menampilkan Karakter Gay

Eternals dilarang tayang di sejumlah negara seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar.

Para pecinta MCU (Marvel Cinematic Universe), tentu sudah menunggu-nunggu kehadiran film Eternals yang akan memperkenalkan superhero baru dalam semestanya. Namun kehadirannya malah diwarnai sejumlah kontroversi. Salah satunya adalah pelarangan tayang di beberapa negara karena persoalan adegan yang dianggap sensitif.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa film arahan Chloé Zhao (Nomadland, Songs My Brothers Taught Me) ini menampilkan karakter superhero gay, yaitu Phastos. Karakter tersebut bahkan diceritakan punya suami dan anak. Ditambah lagi, kabarnya film ini juga bakal menampilkan adegan ciuman antara Phastos dan suaminya.

Film ini sudah rilis di Amerika Serikat pada tanggal 5 November 2021 dan direncanakan tayang di Indonesia mulai 10 November 2021. Sebagai informasi, Eternals sudah mendapat surat tanda lulus sensor dari LSF (Lembaga Sensor Film) dengan klasifikasi usia 13+.

Berbicara karakter gay, sepertinya sudah hal yang lumrah di film asing. Tapi tahukah kamu, kalau beberapa film Indonesia juga ada yang menampilkan karakter gay. Bahkan di antaranya berbuah penghargaan dalam dan luar negeri.

Penasaran? Cekidot!

1. Istana Kecantikan (1988)

Kabarnya diilhami dari kisah nyata/

Film Indonesia yang menampilkan karakter gay rupanya sudah ada dari tahun 80-an. Film ini bercerita tentang Niko (Mathias Muchus) yang terpaksa menikah dengan Siska (Nurul Arifin). Padahal Niko sudah memiliki pacar pria bernama Toni, seorang pegawai salon ‘Istana Kecantikan’.

Saat menikah, Siska tidak tahu kalau Niko adalah seorang gay. Namun lambat laun, rahasia Niko pun diketahui Siska saat ia memergoki suaminya sedang bermesraan dengan Toni. Mengetahui hal ini, Siska justru memanfaatkan situasi. Ia malah selingkuh juga dengan Toni. Hal ini malah membuahkan pertengkaran dan angkara murka antara Niko dan Toni.

Film arahan Wahyu Sihombing ini mendapat enam nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 1988 termasuk Film Terbaik. Namun hanya memenangkan satu piala citra yakni Pemeran Utama Pria Terbaik untuk Mathias Muchus.

2. Arisan! (2003)

Berlanjut ke sekuelnya Arisan! 2

Di dekade 2000-an awal, film yang menampilkan karakter gay hadir dari film fenomenal karya Nia Dinata, Arisan!.

Film ini bercerita tentang para sosialita yang kerap menghabiskan waktu bersama. Dalam kumpulan sosialita tersebut terdapat satu karakter bernama Sakti (Tora Sudiro), seorang arsitek yang menyadari dirinya adalah gay.

Kumpulan mereka kehadiran anggota baru yakni Nino (Surya Saputra), seorang sutradara muda tampan yang selalu kontroversi karena film-film yang ia buat bernuansa LGBT. Pertemuannya dengan Sakti justru menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka berdua.

Film ini pun berani menampilkan adegan ciuman antara Tora Sudiro dan Surya Saputra, dan ditengarai sebagai film Indonesia pertama yang menampilkan adegan ciuman sesama laki-laki.

Di ajang FFI 2004, film ini berhasil meraih sebelas nominasi dan membawa pulang lima piala termasuk Film Terbaik. Selain Film Terbaik, Tora Sudiro dan Surya Saputra juga meraih penghargaan, masing-masing untuk Pemeran Utama Pria Terbaik dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

3. Coklat Stroberi (2007)

Karakterisasi yang unik, Nesta digambarkan sebagai cowok macho nan maskulin, sementara Aldi lebih feminin

Dua orang sahabat perempuan, Key dan Citra, harus segera mengosongkan kontrakan yang mereka tinggali karena sudah tidak bisa lagi membayar biaya sewa. Namun mereka bersikukuh kepada ibu pemilik kontrakan agar tetap bisa tinggal di sana. Akhirnya ibu pemilik kontrakan memutuskan memasukkan dua orang pemuda untuk tinggal di kontrakan tersebut agar biaya sewa menjadi lebih ringan.

Adalah Nesta (Nino Fernandez) dan Aldi (Marrio Meridithia), dua pemuda tersebut. Kehadiran Nesta dan Aldi membuat hidup Key dan Citra semakin berwarna. Ada di antara mereka yang jatuh cinta pada salah satu pemuda baru itu.

Namun, satu hal yang tidak mereka sadari adalah kenyataan kalau Nesta dan Aldi adalah pasangan kekasih.

4. I Know What You Did on Facebook (2010)

Erick yang di balik teralis nggak sadar akan kode yang diberikan Doni

Di media sosial orang bisa melakukan apa saja, termasuk membuat akun kedua atau yang anak muda kekinian sering menyebutnya dengan istilah ‘akun alter’. Di akun alter ini, orang bisa menjadi dirinya sendiri yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata.

Termasuk Doni (Agastya Kandou), seorang pria mapan berparas tampan yang mencintai rekan kerjanya, Erick (Yama Carlos). Tentunya di dunia nyata alias di pekerjaannya ia nggak bisa mengungkap jati diri yang sebenarnya. Walaupun ia seringkali berusaha menarik perhatian Erick, tapi selalu berujung kegagalan.

Akhirnya Doni membuat akun samaran di Facebook dan sering berkomunikasi dengan akun ‘Monyet Gay’. Tanpa ia sadari, akun tersebut sudah tahu tentang siapa Doni sebenarnya. Doni pun panik karena ada orang lain yang tahu kalau dirinya adalah seorang gay tanpa ia tahu siapa orang itu.

Kamu pasti sudah bisa menebak siapa sesungguhnya orang di balik akun ‘Monyet Gay’ ini bukan?

5. Sanubari Jakarta (2012)

Dialog-dialognya lugas dan blak-blakan

Film ini bergenre omnibus. Sederhananya seperti kumpulan film pendek yang dijadikan satu tapi memiliki benang merah yang sama. Dalam hal ini, benang merahnya adalah kisah cinta kaum urban Jakarta.

Salah satu segmen film ini berjudul Kentang yang mengisahkan tentang pasangan gay, Drajat dan Acel. Mereka ingin melepaskan rindu di kamar kost milik Drajat, tetapi selalu berujung pada perdebatan dan kejadian-kejadian yang mengganggu mereka. Adanya telepon dari ibunya Drajat, kamar kos yang tiba-tiba bocor, hingga ketukan pintu dari tetangga sebelah.

Selain Kentang, masih ada sembilan segmen lain di film yang diproduseri Lola Amaria ini. Beberapa segmen masih menampilkan karakter gay seperti Lumba-Lumba yang juga disutradarai oleh Lola Amaria, dan Menunggu Warna yang disutradarai oleh Adriyanto Dewo.

6. Supernova (2014)

Hamish Daud sebelum menikah dengan Raisa/Soraya Intercine Films

Mereka memang bukan pemeran utama dalam film ini, tapi merekalah yang menggerakkan ceritanya. Dua orang mahasiswa, Reuben (Arifin Putra) dan Dimas (Hamish Daud) bertemu dalam sebuah pesta mewah di Amerika. Malam itu keduanya berjanji suatu hari mereka akan menulis sebuah buku tentang roman sains yang menggerakkan hati banyak orang.

Dalam film arahan Rizal Mantovani ini, keduanya digambarkan sebagai pasangan gay. Bahkan untuk mendalami perannya ini, Arifin Putra dan Hamish Daud melakukan observasi ke klub gay selama beberapa bulan.

Di sana mereka mempelajari tentang bagaimana cara pengunjung klub tersebut memesan minuman, memegang gelas, makan, berbicara, duduk, hingga cara mereka berjalan.

7. Pria (2017)

Filmnya bisa ditonton gratis di Youtube

Film pendek ini mungkin sepi dari pemberitaan, tapi prestasinya di internasional cukup melanglangbuana. Sebut saja ‘Best Short Film Hawaii International Film Festival 2017′, ‘Best Short Audience Award — New York Lesbian and Gay Film Festival 2017′, dan ‘Public Award — Festival Internacional de Curtas do Rio de Janeiro 2017′.

Ceritanya sendiri tentang karakter Aris (Chicco Kurniawan), seorang pemuda gay yang dipaksa menikah dengan seorang wanita. Aris tinggal di pedesaan yang masyarakatnya sangat agamis dan heteronormatif. Ketertarikan Aris terhadap guru bulenya yang juga seorang pria tentu ditentang masyarakat dan dianggap sebagai sebuah aib keluarga.

Film arahan Yudho Aditya ini melambungkan nama Chicco Kurniawan yang kini menjadi salah satu aktor muda yang laris membintangi sejumlah film dan serial.

8. Dear to Me (2020)

Film arahan Monica Vanesa Tedja yang merupakan tugas akhirnya untuk program magister jurusan penyutradaraan film di Konrad Wolf Film University of Babelsberg, Jerman.

Selain Pria, dari ranah film pendek, ada Dear to Me yang juga menampilkan karakter gay. Adalah Tim (Jourdy Pranata), seorang pemuda yang tengah liburan bersama keluarganya di pulau terpencil. Di pulau tersebut, penduduknya percaya jika ada orang yang bisa melihat rusa pertanda ia akan menemukan jodohnya.

Tim diam-diam memercayai mitos tersebut dan berharap bisa melihat rusa agar ia mendapat jodoh. Namun ketika rusa itu muncul di hadapan Tim, yang terlintas di benaknya adalah sosok James (Jerome Kurnia), pria impiannya.

Film ini tayang perdana di Locarno International Film Festival dalam seksi Open Doors Screenings pada bulan Agustus 2021. Juga terpilih sebagai nomine Film Pendek Terbaik FFI 2021.

Apakah kamu sudah menonton film-film di atas?

Dan jangan lupa, untuk tidak membawa anak atau adik usia di bawah 13 tahun untuk menonton Eternals. Stop pemikiran kalau ‘superhero = film anak-anak’.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

12 comments

  1. bener banget nih, karena engga selamanya film superhero itu bisa di tonton oleh semua umur, dan sebagai orang tua harus lebih bijak lagi dalam menonton film bersama anak
    1. Yupz!
  2. Dari deretan film tersebut, saya taunya cuma Arisan. Untuk film lainnya baru kali ini tau. Ternyata ada banyak film Gay di Indonesia
    1. Lebih tepatnya yang menampilkan karakter gay. Rata-rata cerita utamanya tidak tentang gay itu sendiri.
  3. Aku pernah dengar dan tahu, tapi kayanya belum nonton film-filmnya secara utuh. Aku pribadi sih gak masalah ya soal gay atau yang berhubungan dengan sesama jenis. Biasanya milih yang mana mereka bukan pusat cerita, tapi hanya cerita sampingan. Ini bukan berarti dukung, hanya menghargai karya mereka
    1. Yupz. Itu pilihan. Kita sebagai penonton dewasa sudah bisa memilih dan memilah tontonan apa yang kita tonton.
  4. Dari film Indonesia di atas baru nonton Arisan! aja, sih. Oh, dan Berbagi Suami juga ada kan ya. Soal film superhero setuju sih, bahkan setelah menilik batasan usia yang jelas-jelas tercantum juga perlu cek dulu apakah sesuai dengan value keluarga (dan apakah sanggup menjelaskan) kalau mau ajak-ajak anak.
    1. Nah ini. Terkadang klasifikasi usia yang dilakukan LSF nggak secara langsung menilai value film. Hanya berdasarkan adegan saja. Jadi masih penting sebagai orang tua melakukan sensor mandiri.
  5. Akutu uda punya novel Supernova.
    Tapi belum kubaca, hehhe..

    Trs pas buka channel Disney, tertarik lah nonton.
    Siyock pas tau Arifin Putra ama Hamis. Yaaa, meski gada adegan gimana-gimana, tetep aja kedua aktor ternama itu uda ada di hatiku sebagai sosok yang manly, mendadak dapet peran huwow, jadi pen menyudahi, tapi kok keren.

    hehehe, overall.. Dee Lestari pinter banget meramu cerita dalam cerita.
    Dialognya pun cerdas dengan penceritaan yang tidak biasa. Kaya bisa baca kejadian 10 tahun ke depan loo.. Cerdas!
    1. Tapi aku termasuk yang bingung nonton Supernova, xixi.
  6. Aku baru nonton Arisan aja sih
    Kalau aku, sebisa mungkin nggak nonton tayangan yang ada lgbt nya
    1. Sip. Itu balik lagi ke pilihan masing-masing.
Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.