Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Review The Pool (2018): Ketika Seseorang Terjebak Di Kolam Renang Setinggi 6 Meter

Romansa The Pool terkesan basa-basi semata, ditambah dengan permainan kedua aktornya yang minim chemistry serta akting yang datar

Film tentang usaha manusia bertahan hidup dari serangan makhluk lain adalah salah satu jenis film yang saya sukai. Entah itu serangan dari ikan hiu seperti dalam film The Meg (2018), atau bagaimana melihat manusia bergerak cepat agar lolos dari ikan piranha dalam Piranha 3D (2010). Menyaksikan dan menilik strategi para karakter untuk lolos, membuat saya berdecak kagum tapi juga bisa menyebalkan. Namun begitu, tetap saja ada keseruan tersendiri dari film seperti ini.

Dari negeri Thailand ada satu film yang juga bercerita tentang ini. Tapi lawannya kali ini bukanlah hiu atau piranha melainkan buaya.

Adalah The Pool film arahan Ping Lumpraploeng yang bercerita tentang seorang kru artistik film bernama Day (Theeradej Wongpuapan). Ia terjebak di kolam renang setinggi enam meter yang airnya sedang dikuras oleh temannya. Dan ia harus segera keluar dari kolam itu, terlebih ada seekor buaya yang tak sengaja terjatuh ke dalam kolam tersebut.

Motivasi latar belakang yang kurang kuat

The Pool memang diawali dengan kekonyolan karakternya. Day sudah diberitahu oleh rekannya kalau air kolam sedang dikuras. Tapi bukannya bergegas, Day malah masih santai di atas pelampung dan menikmati harinya hingga tertidur. Ia baru sadar tatkala air kolam renang sudah hampir habis setengahnya.
 
Ya, saya mengerti jika Day bergegas dari kolam renang tentu cerita ini nggak akan pernah maju. Jadi saya mencoba memaklumi latar belakang yang menjadi konflik utama film ini.
Sayangnya nggak berhenti di situ saja, kekonyolan The Pool juga terjadi tatkala seekor buaya masuk ke kolam renang. Film memang memberi petunjuk melalui sebuah potongan koran yang memberitakan tentang hilangnya buaya. Permasalahannya adalah latar sekitar kolam renang tersebut tidak mendukung adanya buaya.
 
Jika dibandingkan dengan Crawl (2019), film yang bertema serupa, kehadiran buaya disebabkan karena banjir di sekitar penangkaran buaya. Akibat banjir ini, membuat buaya berkeliaran ke lingkungan sekitarnya. Hal ini agak lebih masuk akal dibandingkan kehadiran buaya di The Pool yang muncul begitu saja.

Romansa yang mereduksi konflik utama

 

Suatu hal yang wajar dalam film bertema survival horor/thriller, ada sisipan kisah kehidupan para karakternya. Entah itu persahabatan, hubungan dengan orang tua, atau pun dengan kekasih. The Pool sendiri memilih menyisipkan romansa sebagai bumbu dramatiknya.

Koy (Ratnamon Ratchiratham), kekasih Day, memutuskan datang ke kolam renang, setelah telepon darinya tidak dijawab oleh Day yang saat itu sudah menyadari surutnya air kolam. Alih-alih menjadi penolong, Koy justru menimbulkan masalah baru. Ia terjatuh hingga terluka dan pingsan. Day jadi punya dua tanggungjawab, selain harus bertarung melawan buaya, ia pun harus menyelamatkan Koy.
 
Sembari film berjalan, kita akan tahu apa yang sedang terjadi pada hubungan mereka. Beberapa dialog romansa kerap kali menghiasi film yang ditempatkan sebagai transisi/istirahat penonton dari ketegangan Day melawan buaya. Tapi, saya justru merasa romansa Day dan Koy malah mereduksi konflik utamanya.
 
Apa yang terjadi pada hubungan mereka, sama sekali tidak mendukung keputusan Day untuk melakukan sesuatu. Mari kita kembali pada film Crawl. Tokoh utama di film Crawl diceritakan punya konflik dengan ayahnya. Dan semasa kecil, sang tokoh selalu dipercaya menjadi pemenang. Konflik ini kembali dihadirkan untuk menguatkan kembali apa yang akan dilakukan sang karakter sebagai klimaks film.
 
Hal semacam ini yang tidak ditemui dalam The Pool. Romansa mereka terkesan basa-basi semata, ditambah dengan permainan kedua aktornya yang minim chemistry serta akting yang datar.

Tapi usaha Day melawan buaya, tetap bikin deg-degan

Di luar romansanya yang terkesan lewat begitu saja, usaha-usaha Day melawan buaya memang masih menjadi daya tarik untuk diikuti. Bantuan-bantuan nggak sengaja seperti dari kawat yang tertiup angin, hingga tragedi anjing Day cukup membuat saya deg-degan. Terlebih penulisan cerita untuk karakter si anjing, cukup mengundang haru.
 
Terkadang saya berpikir, andai kata film ini lebih fokus pada persahabatan Day dan anjingnya, lalu di satu waktu anjingnya punya peranan penting di klimaks film, mungkin akan berbeda rasanya.
Selain kisah anjing, yang paling bikin saya melongo adalah ketika Day menemukan lorong sebagai jalan keluar. Dan setelah ditelusuri, ternyata lorong itu bermuara ke ….. (sensor).
 
Adegan yang benar-benar bikin saya turut merasakan hopeless-Day yang nggak bisa keluar dari kolam renang tersebut. Dari sini, usaha-usaha The Pool untuk membuat saya simpati pada perjuangan Day cukup membuahkan hasil.

Bagi saya sendiri, jika mengabaikan logika-logika yang patah dan berlubang, The Pool masih sangat seru untuk disaksikan.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.