Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Review Spiderhead: Bermain-main dengan Emosi Manusia

Spiderhead film bergenre fiksi ilmiah yang bermain di ranah emosi manusia sebagai eksperimen. Cerdas dan seru.

Senyawa kimia disuntikkan kepada tubuh manusia untuk mengatur emosinya. Misal 'senyawa cinta' membuat manusia yang mengalami trauma cinta tiba-tiba sangat bergairah dalam bercinta. Apakah hal tersebut akan membantu hidup manusia, atau justru malah membuat manusia tak terkendali?

Nggak lama setelah rilis perdananya pada 17 Juni 2022, Spiderhead menjadi trending #1 Indonesia di aplikasi OTT (Over the Top) yang menayangkannya. Dugaan awal saya film arahan Joseph Kosinski ini cepat trending karena dasar ceritanya yang menarik. Dan juga hadirnya aktor karismatik Chris Hemsworth sebagai pemeran utama.

Tapi apakah benar demikian? Mari kita kupas tuntas film thriller fiksi ilmiah ini.

Apa yang sedang ia pikirkan?/Netflix

Memiliki premis yang menarik

Seorang ilmuwan, Steve Abnesti (Chris Hemsworth), melakukan percobaan senyawa ramuannya kepada manusia. Senyawa kimia ini bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan emosi manusia. Manusia yang sulit tertawa jika diberi 'senyawa tawa', ia akan mampu tertawa sekalipun yang ia tertawakan adalah hal yang pahit dalam hidupnya.

Manusia yang dijadikan percobaan ini adalah para narapidana kasus berat. Mereka dijanjikan keringanan hukuman jika bersedia mengikuti eksperimen ini.

Jeff (Miles Teller), seorang narapidana yang menjadi karakter utama di film ini bersedia mengikuti eksperimen karena ia ingin melupakan tragedi yang menimpanya. Ia dipenjara atas kasus pembunuhan disengaja terhadap dua orang.

Saat itu dalam keadaan mabuk ia mengendarai mobil yang ditumpangi oleh teman dan kekasihnya. Naasnya, mobil yang ia kendarai menabrak pohon besar dan mengakibatkan teman dan kekasihnya meninggal di tempat.

James juga memiliki hubungan pertemanan yang lebih dekat dengan Steve dibanding seluruh narapidana yang ada di Spiderhead.

Oia, Spiderhead sendiri adalah nama tempat laboratorium untuk melakukan percobaan tersebut. Di Spiderhead, narapidana diberikan kebebasan beraktivitas. Nggak ada sekat-sekat antara sipir dan narapidana seperti penjara pada umumnya. Bahkan mereka diberi kamar masing-masing dengan fasilitas yang lebih mewah.

Fasilitas yang mewah dan bebas ini juga yang menarik para narapidana untuk ikut serta dalam eksperimen. Ya, daripada di penjara negara mereka hanya akan jadi korban kekerasan narapidana senior, lebih baik mereka berada di Spiderhead.

Perlu saya akui, premis Spiderhead tentang percobaan senyawa kimia yang bermain-main dengan emosi manusia adalah hal yang menarik. Apalagi setiap manusia pasti memiliki segala emosi baik itu marah, senang, bahagia, cinta, nafsu, cemburu, dan lain-lain. Namun emosi tersebut bisa saja hilang karena suatu kejadian yang traumatik.

Steve yang juga memiliki traumatik tersendiri, melakukan percobaan ini untuk mendapatkan senyawa terbaik yang bisa membantu banyak orang menemukan kebahagiaannya kembali.

Tapi apakah Steve sebaik itu?

Kurangnya elemen thriller, klimaks yang hambar

Dalam mengolah premisnya, Spiderhead lebih banyak berpijak pada narasi daripada aksi. Naskah gubahan Rhett Reese and Paul Wernick ini lebih banyak memperlihatkan bagaimana Steve dan asistennya Mark (Mark Paguio) melakukan percobaan kepada narapidana yang berbeda dengan senyawa yang berbeda-beda.

Dari banyak percobaan yang dilakukan, ada percobaan yang berhasil sesuai keinginan Steve. Tapi ada pula yang gagal hingga menyebabkan salah satu partisipan eksperimen melakukan bunuh diri.

Penjelasan -- penjelasan kenapa percobaan tersebut ada yang berhasil dan ada yang gagal, semua bertumpu pada narasi Steve. Agar kita paham dengan apa yang terjadi, tak boleh sedikitpun kita melewatkan apa yang diucapkan oleh Steve.

Menurut hemat saya, pendekatan seperti ini berpotensi membuat film terasa membosankan. Apalagi banyak latar belakang dan motivasi dari eksperimen ini yang kurang mendapat penjelasan yang cukup.

Semisal bagaimana proses pendaftaran narapidana bisa disetujui menjadi partisipan dan berpindah dari penjara negara menuju Spiderhead yang berada di sebuah pulau di tengah lautan, tidak mendapat penjelasan.

Jeff melakukan percobaan 'senyawa keindahan'/Netflix

Begitu juga, konflik utama yang disajikan terlampau sederhana jika dibandingkan dengan premisnya yang sangat menjanjikan. Cara Jeff mengetahui siapa dan apa motivasi Steve melakukan semua eksperimen ini, terjadi begitu saja. Dan ternyata nggak ada 'big deal' di balik semua ini. Pas tahu alasannya saya cuma bergumam 'oh gitu saja'.

Setelah terungkap motivasi eksperimen ini, saya kira Spiderhead akan memberikan kejutan di klimaksnya. Rupanya tidak, padahal film yang dinilai 18+ ini punya kesempatan untuk menjadikan bagian klimaks menjadi pertarungan penuh aksi yang seru.

Begini! Setelah Jeff mengetahui motivasi eksperimen ini, ia mencoba melarikan diri dari Steve dan Spiderhead. Namun dengan kemampuan berbicaranya yang sangat well-spoken, Steve dengan mudah mempengaruhi narapidana lain kalau James mengingkari perjanjiannya.

Dari ruang kontrol utama Spiderhead, Steve mengumumkan agar narapidana lain menghentikan James. Karena jika Jeff berhasil kabur, percobaan ini akan gagal dan semua narapidana akan kembali ke penjara negara.

Mendengar pengumuman ini, narapidana lain bergegas menemukan James karena mereka tentu nggak ingin balik lagi merasakan suasana penjara negara. Inilah kesempatan pertarungan yang seru!

Tapi alih-alih menjadikannya sebagai sebuah puncak aksi, Spiderhead lebih senang menggambarkan adegan ini dengan aksi kejar-kejaran semata seperti anak-anak yang sedang bermain galasin. Coba bayangkan bagaimana Jeff yang hanya dibantu satu orang teman wanitanya, bisa dengan mudahnya lolos dari kejaran banyak orang.

Apalagi di antara narapidana yang mengejarnya tersebut ada sosok Rogan (Nathan Jones), narapidana yang bertubuh kekar bak binaragawan yang sejak awal menunjukkan ketidaksukaannya kepada Jeff. Mustahil Jeff bisa menghajarnya. Maka keberadaan alat-alat, sangat membantu untuk melawannya.

Kemudian kamera memperlihatkan alat semacam gergaji rumput yang kemudian diambil Jeff. Eh, kirain mau melawan menggunakan gergajinya ternyata cuma pakai gagangnya saja. Haha, agak lawak sih memang.

Mungkin bisa jadi ekspektasi saya yang berlebihan mengingat sang sutradara adalah kreator Top Gun: Mavericks (2022) yang mampu membuat sekuens aksi yang intens. Apalagi ada Milles Teller yang juga turut bermain. Jadi, kecil kemungkinan jika Joseph Kosinski kesulitan membuat Spiderhead sedikit lebih memuncak.

Dan juga kalau kita berkaca pada film-film serupa semisal Transcendence (2014), film ini tetap bisa memberikan klimaks aksi yang menarik meski pada awal film lebih banyak berpijak pada narasi-narasi fiksi ilmiahya.

Para partisipan ditutup matanya ketika melakukan percobaan di luar Spiderhead/Netflix

Performa Chris Hemsworth yang menawan

Dugaan awal saya kenapa film ini bisa cepat trending karena performa Chris Hemsworth, ternyata benar adanya. Perannya sebagai ilmuwan digambarkan dengan sangat baik.  Chris Hemsworth yang juga bertindak sebagai produser, menangani perannya dengan cukup karismatik

Karakternya yang well-spoken ketika mempengaruhi narapidana untuk ikut serta dalam eksperimen seakan menghipnostis kita untuk percaya kalau Steve memang berniat baik dan mulia. Bahkan hingga akhir film, Chris Hemsworth konsisten menjaga karakter Steve yang bisa menimbulkan dual persepsi. Apakah ia orang baik atau jahat sebetulnya?

Nggak kalah menarik adalah ketika Steve terjebak dengan ramuannya sendiri. Penampilan Chris Hemsworth yang memainkan berbagai ekspresi emosi akibat pengaruh senyawa tersebut, sangatlah menawan.

...

Kamu sudah nonton Spiderhead? Bagikan pengalaman dan pendapatmu di kolom komentar yuk!  

 

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.