Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Review Superdidi: Belajar Parenting dari ‘Pembajak’

Poster-film-Super-Didi

     Berbicara tentang pola pengasuhan dalam keluarga seringkali kita terjebak pada dikotomi pembagian tugas. Yupz, tugas suami atau ayah adalah kerja mencari nafkah sementara tugas istri / ibu mengurus anak di rumah. Sudah benarkah hal tersebut?

     Pakar parenting, bunda Elly Risman, seringkali mengatakan dalam seminarnya, bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja, narkoba, kecanduan games dan sejumlah bahaya negatif lainnya yang terjadi pada anak, jika dirunut ke belakang, pola pengasuhan menjadi salah satu faktor utamanya. Hilangnya sosok figur dari seorang ayah membuat pola pengasuhan anak tidak seimbang. Lalu bagaimana sebaiknya mengembalikan peran ayah ke dalam keluarga dan pola kerjasama suami istri yang baik?


Sebuah film terbaru berjudul SUPER DIDI berbicara tentang parenting atau pola pengasuhan. Cerita bermula ketika Wina (Karina Nadila) harus pergi ke Hongkong dan menyerahkan segala sesuatunya termasuk mengurus kedua bocah cilik perempuannya Anjani (Anjanique Renney) dan Velia (Aviela Reyna) pada suaminya, Arka (Vino. G Bastian). Saat itu Arka sendiri sedang menghadapi project besar di pekerjaannya dengan deadline hanya 2 minggu. Lalu apa sajakah yang dikerjakan Arka dan bagaimana ia mengasuh kedua putrinya?

superdidi
Tiket Nonton Super Didi di hari pertama penayangannya

ORANG TUA, PEMBANTU dan MERTUA

     Jika kebanyakan masyarakat terjebak pada dikotomi pembagian tugas tadi, sebagian besar lagi justru malah sama-sama sibuk di pekerjaan. Banyak dari kita, ibu dan ayah sama-sama bekerja demi rumah tangga, alhasil urusan anak diserahkan kepada pembantu atau mertua. Bagaimana Super Didi menjawab ini?

     Di tengah-tengah kebingungan Arka antara mengurus kedua putrinya dan pekerjaannya, akhirnya ia mencoba menyerahkan sebagian urusannya sama pembantunya, Mbak Ami (Tizza Radia). Namun dengan nyelenehnya Mbak Ami hanya menjawab, “Kata Ibu, tugas saya hanya mencuci, nyapu, ya kalau anak ya sama orangtuanya lah”.

     Tidak putus asa sampai di situ, Arka berusaha menitipkan kedua putrinya pada mertuanya. Opa (Mathias Muchus) dan Mayang (Ira Maya Sopha), begitu biasa mereka dipanggil, pun tidak mengizinkannya.

Jelas Super Didi menegaskan bahwa pola pengasuhan harus tetap berada di bawah kendali ayah dan ibunya.

KEHADIRAN

     Pergi kerja di saat anak belum bangun, dan pulang kerja di saat anak sudah terlelap. Mungkin keadaan tersebut menggambarkan sebagian besar pola pengasuhan keluarga di Indonesia. Lalu kapan sosok orangtua tersebut hadir untuk anak-anaknya?

     2 minggu lagi, Anjani dan Velia harus melakukan pertunjukan Timun Mas di sekolahnya. Tentunya kehadiran Muti (Wina) dan Didi (Arka), panggilan mereka untuk kedua orangtuanya, sangat diharapkan. Itu pula yang menjadi alasan Arka mengizinkan istrinya pergi ke Hongkong untuk membantu menyelesaikan masalah sahabatnya, dengan catatan ia pulang sebelum pertunjukan Timun Mas dilaksanakan.

Kehadiran orangtua menjadi penting bagi seorang anak, karena orangtua adalah motivasi dan idolanya.

PARA PEMBAJAK

     Bukan pembajak bajak laut yang ingin saya ceritakan, pembajak di sini adalah singkatan dari Perhimpunan Bapak-bapak Jaga Anak. Well, interesting. Perjalanan Arka mengurus kedua putrinya membawanya berkenalan dengan Togar (Djaitov Yanda), Arie (Bayu Oktara) dan Kaka (Sandy Andarusman) yang bergabung dalam komunitas Pembajak ini. Mereka sedang menemani anaknya masing-masing. Di bagian ini saya terharu sekaligus tak kuasa menitikkkan air mata, Super Didi berhasil meyakinkan bahwa para ayah yang memilih berprofesi sebagai freelancer tidak kalah hebatnya dengan para ayah yang bekerja kantoran. Di sini tidak ada yang benar tidak ada pula yang salah, ini hanya sebuah pilihan.

Super Didi berhasil menyajikan sudut pandang yang berbeda dan menjadikan peran ayah begitu berharga dalam perkembangan buah hatinya.

     Menonton Super Didi membawa saya pada pengalaman menonton yang haru, lucu sekaligus juga merenung. Tidak hanya saya, penonton sebelah kiri saya pun terlihat menitikkan air mata. Meski begitu, film perdana dari sutradara Adis Kayl Yurahma yang berduet dengan sutradara film Heart Beat, Hadrah Daeng Ratu, ini tidak tampil 100% perfect. Setidaknya ada logika yang kurang diperhatikan dalam penulisan skenarionya yang digarap oleh Budhita Arini.

     Pertama, saat Arka selesai meeting dengan clientnya dan harus segera pergi ke sekolah putrinya untuk menyaksikan pertunjukan Timun Mas. Namun, suasana Jakarta macet dan supir pribadinya mengusulkan untuk naik ojek saja. Dengan keadaan terburu-buru, Arka keluar dan mencari ojek. Masalah ini justru diselesaikan oleh penulis skenario dengan adegan “kebetulan”, di tengah padatnya lalu lintas Jakarta, Arka menyebrang dan bertabrakan dengan motor salah satu temannya dari pembajak dan pergi bersamanya ke sekolah putrinya. Tidak ada logika kuat untuk menerima adegan ini. Jika memang tidak ingin menggunakan ojek online (mungkin tidak ingin menunjukkan logo), penulis skenario bisa menyiasatinya dengan ojek jalur bebas yang mungkin ada di sekitarnya.

     Kedua, ada satu scene yang menggambarkan Opa dan Mayang berhasil menggunakan handphone dan menggunakan fitur video call. Hal ini terkait dengan adegan paruh akhir, ketika Muti ternyata tidak bisa pulang ke Jakarta karena suatu hal, namun di sisi lain ia ingin menyaksikan pertunjukan Timun Mas kedua putrinya. Di lokasi pertunjukan, sudah hadir Opa dan Mayang. Alhasil satu-satunya cara Muti adalah dengan menggunakan video call, namun sayang Muti bilang orangtuanya gaptek. Di sini penonton sudah digiring bahwa Muti akan video call dengan orang tuanya karena sebelumnya sudah diajarkan menggunakan fitur tersebut. Maju mundur berkali-kali, rupanya Opa dan Mayang tidak jadi video call, dan di saat yang tepat datanglah Arka menyemangati kedua putrinya yang tidak bergairah karena menunggu orangtuanya. It’s not a twist but an ununsefull scene.

     Yess, kedua logika tersebut hadir pada paruh akhir, seakan penulis skenario ingin cepat-cepat menyelesaikan cerita film. But, its not effect too big to this movie, Super Didi tetap menyajikan suguhan yang asyik berkat formula keren dari seorang Vino G. Bastian.

    Well, melihat masih asingnya nama-nama di balik film Super Didi, termasuk 3 garda depannya, produser, sutradara dan penulis skenario, SUPER DIDI adalah pencapaian spektakuler dari kerjasama seorang “perdana”. From Me & You with Love.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.