Untuk informasi dan aktivitas FFB terkini, tonton video terbaru di Channel Youtube kami. Subscribe Here!

Review Danur: Antara Risa, Riri dan Mbak Asih

P_20170323_195140

     Sukses membesut film horor Badoet (2015), terlebih masuk 2 nomine Festival Film Bandung 2016, membuat nama Awi Suryadi menjadi sutradara harapan film Indonesia di genre horor. Tahun ini, Awi kembali dengan Danur hasil adaptasi buku Risa Sarasvati yang diproduksi oleh Pichouse Film (tapi lebih sering dipromo oleh MD Pictures). Bagaimanakah Danur berjalan?

     Danur mengusung artis dengan fans militan, Prilly Latuconsina, sebagai bintang utama yang berperan sebagai Risa. Tentunya Prilly memang dijadikan sebagai bahan “jualan” karena sejatinya Prilly bermain aman seperti film-film sebelumnya. Cerita bermula dari Risa yang memiliki kemampuan melihat hantu dari kecil hingga dewasa dan kemampuan tersebut juga dimiliki oleh adiknya, Riri (Sandrina Michelle).

     Film horor Indonesia selalu tak lepas dari setting rumah yang dihuni oleh hantu. Danur pun demikian. Nyaris tak ada bedanya dengan film horor Indonesia kebanyakan. Jumpscare di mana-mana dan nggak penting pula, musik mewah dan menggelegar yang justru menghilangkan rasa seram. Banyak pula penokohan yang tidak jelas serta karakter yang sama sekali tak memiliki motivasi.

     Kinaryosih, ibunya Risa sering meninggalkan Risa sendirian karena sibuk bekerja sementara ayahnya dinas di luar negeri. Risa kecil hanya ditemani oleh pembantu rumah, Fuad Idris. Perkenalan tokoh di awal sebetulnya cukup efektif untuk mengantarkan apa yang akan terjadi pada Risa selanjutnya. Namun ketika Risa remaja dan memiliki adik serta kembali ke rumah yang sama, logika terabaikan.

Kemana pembantu rumah tangga tersebut?

Kok, tiba-tiba ada neneknya di rumah?

     Saya menganggap rumah yang dikunjungi oleh Risa dewasa adalah rumah yang sama saat Risa kecil. Hal ini didukung oleh salah satu dialog Kinaryosih, “kamu yakin mau kembali ke rumah ini?”. Namun demikian, di awal tak diberikan penjelasan. Lain soal, jika penghuni sebelumnya bukan keluarga Risa sebagaimana treatment pada film horor kebanyakan.

     Danur terus bergulir dengan penceritaan yang lemah. Jangan pernah berharap kamu akan tahu apa arti Danur dari film ini. Andaikata tidak diberitahu oleh Risa Sarasvati saat melakukan special screening di Bandung , tentu saya tak paham akan makna Danur.

     Meski begitu, Danur tak terperosok lebih dalam. Inggrid Widjanarko dan Shareefa Danish lah yang mengangkat film ini. Berperan sebagai nenek Risa, Inggrid Widjanarko melakoni aktingnya dengan sangat solid. Ketakutan yang ia perlihatkan ditengah ketidakberdayaan karena sakit yang dideritanya, membuat saya cukup merinding. Pun Shareefa Danish kembali menunjukkan akting terbaiknya sebagai mbak Asih. Tatapan muka, gekstur serta ekspresinya sebagai hantu efektif dalam menciptakan kesan seram. Nah, sayangnya karakter mbak Asih sering dimunculkan di waktu yang tak pas. Alih-alih menyeramkan, terkadang menjadi lucu karena respons penonton yang merasa kaget.

     Mbak Asih yang sangat suka anak kecil, akhirnya membawa Riri ke dunianya. Di sinilah Risa berperan. Dengan kekuatan berhitung (1,2,3,4,5, sampai 10), Risa masuk ke dunia mbak Asih. Pasti tahu lah apa yang akan terjadi selanjutnya. Di bagian ini pun cacat logikanya. Jika pernah nonton Wewe karya Rizal Mantovani, Nabilah JKT48 yang masuk ke dunia lain, ia harus melalui serangkaian proses untuk kembali ke dunia manusia. Lha, kok Danur mudah sekali ya membalikkan Risa ke dunia manusia. Bukan Awi Suryadi banget.

     Memasukkan sedikit adegan religi ditemui di 2 film horor Awi Suryadi. Di Badoet, Awi menggunakan ayat kursi untuk mengeluarkan hantu yang merasuk, namun tak disangka, sang hantu jauh lebih hafal ayat kursinya. Ini salah satu bagian menarik dari Badoet. Tapi di Danur, ada adegan Risa shalat (antara Dhuha / Dzuhur) yang juga tak relevan dengan cerita, begitu pula “dukun” nya membuat saya berguman, “owh gitu aja“.

     Pada akhirnya Danur tidaklah termasuk film horor yang mengesankan. Jangankan melewati pencapaian Badoet, menyamainya pun tidak. Sebagai pecinta film horor, tentu Danur akan mudah saya lupakan. Tapi untuk kamu prillvers, saatnya tunjukkan militansimu plus pasti akan dapat bonus cowok ganteng, Indra Brotolaras. Selamat menonton!

Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke RajaSinema. Kami sangat senang jika anda berkenan meninggalkan komentar dengan bijak, tanpa link aktif, dan atau kata-kata kasar.